Pengertian Microteaching Menurut Jensen (dalam
Yatiman ,1999), pengajaran Micro sebagai suatu sistem yang memungkinkan seorang
calon guru mengembangkan ketrampilannya dalam menerapkan teknik mengajar
tertentu. Kata micro berasal dari kenyataan bahwa ada pembatasan/pengurangan
terhadap kompleksitas pembelajaran klas yang normal. Waktu pembelajaran, jumlah
siswa, ruang lingkup materi pelajaran , komponen ketrampilan mengajar
dikurangi. Pengajaran micro menitikberatkan pada pelatihan untuk pencapaian
tugas-tugas tertentu. Tugas itu dapat berupa latihan ketrampilan mengajar
tertentu (ketrampilan bertanya, ketrampilan memberi penguatan, ketrampilan
bervariasi, ketrampilan menjelaskan, ketrampilan membuka dan menutup pelajaran,
ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, ketrampilan mengelola kelas dan
sebagainya). Microteaching bercirikan : a. Jumlah siswa sebagai subjek belajar
sedikit, yaitu antara 10-20 orang. Jumlah siswa yang sedikit tidak akan membuat
model guru menjadi gugup (serba salah, sulit bicara, lupa, menunjukkan gerakan
yang lucu, ekspresi wajah kurang meyakinkan, dan sebagainya), sebagaimana jika
jumlah siswanya banyak. b. Waktu mengajar terbatas, 10-15 menit. c. Bahan yang
diajarkan terbatas. Bahan yang sedikit agar lebih mudah untuk dikuasai dan
diingat. d. Ketrampilan mengajar yang dikembangkan pun terbatas. Teknik
pelaksanaan pengajaran micro dilakukan dengan mengisolasikan komponen proses
belajar-mengajar, sehingga calon guru itu menguasai setiap komponen satu
persatu dalam suatu situasi yang disederhanakan. Unsur micro merupakan ciri
utamanya dan berusaha untuk menyederhanakan secara sistematis keseluruhan
proses mengajar yang ada. Usaha implikasi ini didasari oleh asumsi bahwa :
“sebelum kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat melaksanakan kegiatan
mengajar yang kompleks, kita harus menguasai dulu komponen-komponen dari
keseluruhan kegiatan yang ada.